Kamis, Desember 31, 2009

Palestine Forever (by Sami Yusuf)




Mother don’t cry for me I am heading off to war
God almighty is my armour and sword
Palestine, Forever Palestine

Children being killed for throwing stones in the sky
They say to their parents don’t worry, God is on our side
Palestine, Forever Palestine

Mother don’t worry when they come for us at night
Surely they’ll be sorry when God puts them right
Tell me why they’re doing what was done to them
Don’t they know that God is with the oppressed and needy
Perished were the nations that ruled through tyranny
Palestine, Forever Palestine

Children of Palestine are fighting for their lives
They say to their parents we know that Palestine is our right
They say to their parents we’ll fight for what is right
They say not to worry God is on our side
They say we’ll die for Palestine
Palestine, Forever Palestine


(Selalu sedih dengar syair nasyid ini.. Bertahalanlah saudarak-saudaraku disana.. Insya Allah akan ku panjatkan do'a untuk kalian selalu.. maaf tak bisa berbuat banyak.. :'()

Jumat, Oktober 30, 2009

Mata adalah Panglima hati


Mata adalah Panglima hati

Qs: An Naml ayat 61

Mata adalah panglima hati

Hampir semua perasaan dan perilaku awalnya dipicu oleh pandangan mata

Bila dibiarkan mata memandang yang dibenci dan yang dilarang maka  pemiliknya berada ditepi jurang bahaya

meskipun ia tidak sungguh-sungguh jatuh ke dalam jurang demikian potongan nasehat (Imam Gazhali dalam kitab Ihya Ulumuddin).

Beliau memberikan wasiat agar tidak menganggap ringan masalah pandangan. Ia juga mengutip bunyi sebuah syair “Semua peristiwa besar awalnya adalah mata lihatlah api besar yang berasal dari percikan api sama halnya dengan bunyi syair tersebut” sebagaimna salafusshalih mengatakan banyak makanan haram bisa menghalangi seseorang melaksanakan sholat tahajud di malam hari, banyak juga pandangan yang haram sampai menghalanginya membaca kitabullah.

Fitnah dan ujian tak pernah berhenti. Sangat mungkin kita kerap mendengar bahkan mengkaji masalah mata. Namun belum tentu kita termasuk dalam kelompok orang yang bisa memelihara matanya. Padahal seperti diungkapkan oleh Imam Gazhali tadi, orang yang keliru menggunakan mata, menggunakan pandangan berarti ia terancam bahaya besar karena mata adalah pintu paling luas yang bisa memberikan banyak pengaruh pada hati. Menurut Ibnu Qayyim mata dalah penuntun sementara hati adalah pendorong dan juga pengikut. Yang pertama mata memberikan kenikmatan pandangan sementara hati memiliki kenikmatan pencapaian. Dalam dunia nafsu keduanya adalah sekutu yang mesra. Jika terpuruk dalam kesulitan maka masing-masing akan mencela dan bercerai. 

Kata hati pada mata dalam sebuah dialog “Kaulah yang telah menyeretku pada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan karena aku mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kelingan matamu ke taman dan kebun, atau dari kebun yang tak sehat. Kau salahi firman Allah yaitu hendaknya mereka menahan pandangannya. Kau salahi sabda Rasulullah, memandang wanita dalah panah beracun dari berbagai macam panah iblis. Barangsiapa yang meninggalkannya karena takut pada Allah maka Allah akan memberikan balasannya iman kepadanya yang didapati kelezatan dalam hatinya (HR. Ahmad)”

Namun mata berkata pula pada hatinya “Kau zalimi aku sejak awal hingga akhir, aku kukuhkan dosaku lahir dan batin padahal aku adalah utusanmu yang selalu taat dan mengikuti jalan yang kau kukuhkan. Rasulullah bersabda : ”sesungguhnya didalam tubuh itu ada segumpal darah bila ia baik maka seluruh tubuh akan baik pula dan jika ia rusak, rusak pula seluruh tubuh. Ketahuilah segumpal darah itu adalah hati. (HR. Bukhari dan Muslim).

Hati adalah raja dan seluruh tubuh adalah pasukannya. Jika raja baik, baik pula pasukannya. Jika raja buruk, buruk pula pasukannya. Wahai hati jika engkau dianugerahi pandangan tentu engkau tahu bahwa rusaknya pengikutmu karena kerusakan dirimu dan kebencian mereka adalah kebaikanmu. Sumber bencana yang menimpamu adalah  karena engkau tidak memiliki cinta kepada Allah, tidak suka dzikir kepada-Nya, tidak menyukai firman, asma dan sifat-sifat-Nya. Allah berfirman : “Sesungguhnya bukan mata itu yang buta, namun yang buta itu adalah hati yang ada di dalam dad (QS. Al Hajj:46)”.

 

Jumat, Oktober 23, 2009

Penjual Jamu keliling itu “Seorang Akhwat”


Oleh : Pengembara Masa

         Sore itu, ketika semburat merah jingga mulai menampakkan diri seiring terbenamnya sang surya tepat saat panggilan-panggilan penyeru yang terdengar begitu indah memanggil di jalan itu terlintas seorang akhwat yang mengayuh sepedanya seperti hendak menuju rumahnya setelah sore itu mencari secicip rezeki entah untuk dirinya saja atau keluarganya pula.

         Dia terlihat begitu muda sekilas, mungkin masih berumur 25 tahunan pikirku. Sepedanya layaknya sepeda para akhwat di kampusku yang biasa digunakan untuk berangkat kuliah, beraktivitas dakwah bahkan menghibur diri. Tak pernah ku lihat sosok penjual jamu itu sebelumnya setelah sekian lama aku tinggal di rumah ini. ya, memang semenjak beberapa tahun ini perkembangan dakwah di sekitar rumahku begitu pesat, bermacam-macam harokah yang ada sesuai dengan tuntunan ahli sunnah wal jamaah. Aktivitas kajian-kajianpun begitu banyak di sini, terlebih pada bulan Ramadhan kajian ba’da subuhnya begitu ku nanti setiap hari minggu selalu membahas tafsir Al Qur’an yang berganti-ganti setiap tahunnya mulai dari ummul kitab dna seterusnya.

        Aku sangat menikmati ketika sholat berjamaah disamping dengan seorang ikhwah dari salah satu harokah yang ada. Benar-benar begitu rapat hingga sejajar sisi kakiku dengannya bahkan mata kaki kami pun saling bersentuhan. Sering aku diberitahu kalo ada kajian dari mereka, hanya saja belum sempat aku bisa memenuhi undangan mereka. Berbicara seputar syariahpun begitu menarik, wangi parfum non alkoholnya begitu mewangi hidungku. Nikmat sekali.

         Hijab akhwat itu terlihat begitu rapih, seakan sudah tertarbiyah islamiyah dengan cukup baik. Tak ada lekukan tubuh dan pandai menjaga pandangan. Botol-botol jamu dan perlengkapan lainnya tersusun di keranjang depan sepedanya. Yang ku tahu dalam membuat jamu itu susah-suah gampang, perlu didiamkan beberapa hari terlebih dahulu dan sebagainya. Mungkin jamu yang dibawanya adalah jamu-jamu yang biasa dijajakan oleh penjual jamu lainnya, seperti jamu kencur, jamu hitam, air jahe dan lainnya.

............to be contiued......................

Sabtu, September 26, 2009

Atas Nama Cinta

Tika mata
Diuji manisnya senyuman
Terpamit rasa menyubur harapan

Dan seketika
Terlontar ke dunia khayalan
Hingga terlupa singkat perjalanan
Tersedar aku dari terlena
Dibuai lembut belaian cinta

Rela aku pendamkan
Impian yang tersimpan
Enggan ku keasyikan
Gusar keindahannya
Merampas rasa cinta
Pada Dia yang lebih sempuna

Bukan mudah
Bernafas dalam jiwa hamba
Dan ku cuba
Menghindarkan pesona maya
Kerna tak upaya ku hadapinya
Andai murka-Nya menghukum leka

Diatas nama cinta
Pada yang selayaknya
Kunafikan yang fana
Moga dalam hitungan
Setiap pengorbanan
Agar disuluh cahaya redha-Nya


Biar sendiri hingga hujung nyawa
Asal tak sepi dari kasih-Nya
Kerna sesungguhnya hakikat cinta
Hanya Dia yang Esa

Saratkan hati ini dengan cinta hakiki
Sehingga ku rasai
Nikmat-Nya
Syurga-Nya
Cinta-Nya

Selasa, September 08, 2009

Dibalik hikmah “Berduaan” dengan Allah



Oleh : Pengembara Masa

Disadur dari Majalah Tarbawi Edisi Syawal “Mereka yang Terkabulkan Permintaannya Melalui Itikaf”
Sesungguhnya lisan yang tulus dan fasih itu dapat berperan mempengaruhi umat seperti peran pasukan tentara yang besar, memiliki semangat yang berkobar, dan gagah berani menghadapi pertempuran.

Lisan yang tulus dan fasih itu berbicara dengan hati secara langsung, menyeru jiwa tanpa hijab, dan mengajak nurani pada apa yang dikehendakinya.

Seperti itulah Rasulullah mendakwahkan islam pada para umat islam terdahulu, seperti para mujahid yang menggentarkan lawan dan membangkitkan semangat jihad kala itu di Andalusi dan seperti Syeikh Ahmad Yassin dari kursi rodanya mengguncah semangat pemuda palestina untuk mengangkat senjata melawan Zionis laknatullah.

“Diantara orang-orang yang takut pada Allah ada yang duduk dikehenigan malam, menengadahkan kepalanya dan mengangkat tangannya seperti pengemis. Itulah wajah kerendahan dan kepasrahan dan yang paling nyata..dengan begitu doa akan diijabah.” (Imam Ibnu Rajab Al Hambali)

Ibnu Qayyim berkata, “Para pencari akhirat itu terbagi kepada dua bagian: diantara mereka ada yang beramal untuk mendapat pahala dan ganjaran; dan diantara mereka ada yang beramal untuk mendapatkan kedudukan dan derajat, mereka saling berlomba mendapatkan kedudukan dan posisi di sisi Allah swt, saling melampaui kedekatan dari-Nya.”

Sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah saat yang istimewa. Di dalamnya ada malam seribu bulan, do’a-do’a diijabah tanpa perantara, kesulitan meraih akhirat dimudahkan apalagi kesulitan dunia. Sejak zaman rasulullah, sahabat, salafushalih, generasi tabi’in dan ulama abad ini tidak ingin membiarkan begitu saja terlewat seperti biasanya pada 20 hari sebelumnya. Rasulullah mengencangkan ikat pinggangnya, keluar dari masjid untuk kebutuhan manusiawi seperti makan, minum dan lainnya.

Ramadhan kini pun telah cepat berlalu. Entah telah maksimalkah amalan ibadah kita di depan Allah Azza Wa Jalla Ar Rahman Ar Rahiim. Ada banyak orang mendapat hikmah dari “berduaannya dengan Allah”. Misalnya saja seorang Dadan Rusmawan yang kini menjadi salah satu radaktur MQ, al akh ini adalah insan yang diuji Allah swt dengan kelumpuhan pada kedua kakinya. Namun tak menyurutkan semangatnya untuk berangkat ke majelis ilmu Daarut Tauhid dan melanjutkan i’tikaf. Sering kali mendapat kesulitan saat menuju majelis ilmu tersebut. Suatu kamis sore saat itu setelah mendengar kajian dari Aa Gym, beliau beritikaf sejenak dan seseorang menepuk pundaknya yang tidak lain tidak bukan adalah Aa Gym itu sendiri.

Obrolan pun berlangsung sampai bertanya pada hobi dan beberapa hari setelah itu beliau dipertemukan dg Manajer Divisi MQIT dan akhirnya beliau mendapatkan pekerjaan yang layak yang mungkin bagi kebanyakan orang semacam beliau akan pasrah dan sulit untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Saudarku sekalian i’tikaflah kunci terkabulnya segala do’a beliau dan dimudahkan urusan dunia.

Kemudian ada seorang yang akrab dipanggil Abu Syamil, dengan i’tikaf hutang-hutangnya terbayar lunas. Baginya i’tikaf merupakan hari pembebasan. Ketika itu beliau masih kuliah di jakarta sembari berjualan buku untuk kebutuhan hidup di kota metropolitan itu. Namun bukannya untung yang didapat malah harus nombok untuk ongkos dari satu ke tempat ke tempat lain untuk berjualan. Tak kenal kata lelah, akhirnya dia dengan beberapa teman dekatnya patungan untuk membuat sebauh kios buku.

Namun lagi-lagi ujian terus menerpa untuk giliran jaga teman2nya tidak mau ikut dengan alasan beliau tinggal disana. Waktu terus bergulir sampai habis masa kontrak 1 tahun. Saat itu adalah 10 hari terakhir Ramadhan, beliau yang sudah berkeluarga ini meminta izin kepada istrinya untuk beritikaf dan beliaupun mengadukan segala masalahnya kepada Allah Azza Wa Jalla dengan sepenuh hati. Dan ajaib disaat beberapa hari habis masa kontrak toko, istrinya ditawari untuk tinggal di sebuah rumah yang akan dijadikan yayasan juga membutuhkan penjaga sekaligus pengajar di yayasan tersebut.

Begitulah kisah demi kisah dari “berduaan” dengan Allah Azza Wa Jalla, diantara kita pun mungkin punya kisah-kisah dibalik pengaduan-pengaduan kepada Allah di saat berduaan saja dengan-Nya. Lalu tunggu apa lagi jamaah shalat tarawih yang dirahmati Allah, 10 hari terkahir Ramadhan sudah di depan mata. Mari kita persiapkan diri bersama, kita rencanakan dan niatkan yang utama untuk beritikaf di baitullah.

Kepada Allah kita seharusnya mengadukan segala keluh kesah.
Sepenuh hati..Sejujur harap..
Tak ada yang sulit bagi Allah Azza Wa Jalla..
Lebih-lebih di hari-hari penuh pengabulan di Ramadhan yang mulia ini..

Langit selalu membukakan jalan untuk do’a-do’a tulus dimalam-malam itu..
Bahkan sepanjang Ramadhan,
Malam hari adalah lalu lintas yang padat bagi perjalanan do’a menuju langit..
Dan janji pengabulan itu,
Senantiasa dirasakan oleh orang-orang beriman yang sungguh-sungguh meminta..
Dengan keagungan ungkapan dan kesucian kata-kata, para penceramah sejati yang cemerlang itu mampu mengubah hantaman kekalahan menjadi kemenangan, dan guncangan malapetaka menjadi kejayaan. Bukankah berbagai kejadian, peristiwa besar, dan contoh-contoh sejarah itu tidak lain merupakan buah karya kata-kata yang penuh motivasi dan ceramah-ceramah yang mengobarkan semangat. (DR. Aidh Abdullah Al Qarni)