Selasa, September 08, 2009

Dibalik hikmah “Berduaan” dengan Allah



Oleh : Pengembara Masa

Disadur dari Majalah Tarbawi Edisi Syawal “Mereka yang Terkabulkan Permintaannya Melalui Itikaf”
Sesungguhnya lisan yang tulus dan fasih itu dapat berperan mempengaruhi umat seperti peran pasukan tentara yang besar, memiliki semangat yang berkobar, dan gagah berani menghadapi pertempuran.

Lisan yang tulus dan fasih itu berbicara dengan hati secara langsung, menyeru jiwa tanpa hijab, dan mengajak nurani pada apa yang dikehendakinya.

Seperti itulah Rasulullah mendakwahkan islam pada para umat islam terdahulu, seperti para mujahid yang menggentarkan lawan dan membangkitkan semangat jihad kala itu di Andalusi dan seperti Syeikh Ahmad Yassin dari kursi rodanya mengguncah semangat pemuda palestina untuk mengangkat senjata melawan Zionis laknatullah.

“Diantara orang-orang yang takut pada Allah ada yang duduk dikehenigan malam, menengadahkan kepalanya dan mengangkat tangannya seperti pengemis. Itulah wajah kerendahan dan kepasrahan dan yang paling nyata..dengan begitu doa akan diijabah.” (Imam Ibnu Rajab Al Hambali)

Ibnu Qayyim berkata, “Para pencari akhirat itu terbagi kepada dua bagian: diantara mereka ada yang beramal untuk mendapat pahala dan ganjaran; dan diantara mereka ada yang beramal untuk mendapatkan kedudukan dan derajat, mereka saling berlomba mendapatkan kedudukan dan posisi di sisi Allah swt, saling melampaui kedekatan dari-Nya.”

Sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah saat yang istimewa. Di dalamnya ada malam seribu bulan, do’a-do’a diijabah tanpa perantara, kesulitan meraih akhirat dimudahkan apalagi kesulitan dunia. Sejak zaman rasulullah, sahabat, salafushalih, generasi tabi’in dan ulama abad ini tidak ingin membiarkan begitu saja terlewat seperti biasanya pada 20 hari sebelumnya. Rasulullah mengencangkan ikat pinggangnya, keluar dari masjid untuk kebutuhan manusiawi seperti makan, minum dan lainnya.

Ramadhan kini pun telah cepat berlalu. Entah telah maksimalkah amalan ibadah kita di depan Allah Azza Wa Jalla Ar Rahman Ar Rahiim. Ada banyak orang mendapat hikmah dari “berduaannya dengan Allah”. Misalnya saja seorang Dadan Rusmawan yang kini menjadi salah satu radaktur MQ, al akh ini adalah insan yang diuji Allah swt dengan kelumpuhan pada kedua kakinya. Namun tak menyurutkan semangatnya untuk berangkat ke majelis ilmu Daarut Tauhid dan melanjutkan i’tikaf. Sering kali mendapat kesulitan saat menuju majelis ilmu tersebut. Suatu kamis sore saat itu setelah mendengar kajian dari Aa Gym, beliau beritikaf sejenak dan seseorang menepuk pundaknya yang tidak lain tidak bukan adalah Aa Gym itu sendiri.

Obrolan pun berlangsung sampai bertanya pada hobi dan beberapa hari setelah itu beliau dipertemukan dg Manajer Divisi MQIT dan akhirnya beliau mendapatkan pekerjaan yang layak yang mungkin bagi kebanyakan orang semacam beliau akan pasrah dan sulit untuk mendapatkan pekerjaan tersebut. Saudarku sekalian i’tikaflah kunci terkabulnya segala do’a beliau dan dimudahkan urusan dunia.

Kemudian ada seorang yang akrab dipanggil Abu Syamil, dengan i’tikaf hutang-hutangnya terbayar lunas. Baginya i’tikaf merupakan hari pembebasan. Ketika itu beliau masih kuliah di jakarta sembari berjualan buku untuk kebutuhan hidup di kota metropolitan itu. Namun bukannya untung yang didapat malah harus nombok untuk ongkos dari satu ke tempat ke tempat lain untuk berjualan. Tak kenal kata lelah, akhirnya dia dengan beberapa teman dekatnya patungan untuk membuat sebauh kios buku.

Namun lagi-lagi ujian terus menerpa untuk giliran jaga teman2nya tidak mau ikut dengan alasan beliau tinggal disana. Waktu terus bergulir sampai habis masa kontrak 1 tahun. Saat itu adalah 10 hari terakhir Ramadhan, beliau yang sudah berkeluarga ini meminta izin kepada istrinya untuk beritikaf dan beliaupun mengadukan segala masalahnya kepada Allah Azza Wa Jalla dengan sepenuh hati. Dan ajaib disaat beberapa hari habis masa kontrak toko, istrinya ditawari untuk tinggal di sebuah rumah yang akan dijadikan yayasan juga membutuhkan penjaga sekaligus pengajar di yayasan tersebut.

Begitulah kisah demi kisah dari “berduaan” dengan Allah Azza Wa Jalla, diantara kita pun mungkin punya kisah-kisah dibalik pengaduan-pengaduan kepada Allah di saat berduaan saja dengan-Nya. Lalu tunggu apa lagi jamaah shalat tarawih yang dirahmati Allah, 10 hari terkahir Ramadhan sudah di depan mata. Mari kita persiapkan diri bersama, kita rencanakan dan niatkan yang utama untuk beritikaf di baitullah.

Kepada Allah kita seharusnya mengadukan segala keluh kesah.
Sepenuh hati..Sejujur harap..
Tak ada yang sulit bagi Allah Azza Wa Jalla..
Lebih-lebih di hari-hari penuh pengabulan di Ramadhan yang mulia ini..

Langit selalu membukakan jalan untuk do’a-do’a tulus dimalam-malam itu..
Bahkan sepanjang Ramadhan,
Malam hari adalah lalu lintas yang padat bagi perjalanan do’a menuju langit..
Dan janji pengabulan itu,
Senantiasa dirasakan oleh orang-orang beriman yang sungguh-sungguh meminta..
Dengan keagungan ungkapan dan kesucian kata-kata, para penceramah sejati yang cemerlang itu mampu mengubah hantaman kekalahan menjadi kemenangan, dan guncangan malapetaka menjadi kejayaan. Bukankah berbagai kejadian, peristiwa besar, dan contoh-contoh sejarah itu tidak lain merupakan buah karya kata-kata yang penuh motivasi dan ceramah-ceramah yang mengobarkan semangat. (DR. Aidh Abdullah Al Qarni)

Tidak ada komentar: