Sabtu, Maret 24, 2012

Bagaimana mewujudkan Indonesia unggul ?



Saya ingin sedikit napak tilas pada peristiwa besar yang telah terjadi dengan bangsa ini pada bulan Ramadhan. Pada tahun 1945 yang lalu masih ingat di benak kita dari guru-guru kita yang menceritakan dengan semangat membara bagaimana perjuangan dan kemerdekaan ini mampu diraih. Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada bulan Ramadhan. Tapi guru-guru kita sering kali lupa menceritakan bahwa 1945 itu bertepatan dengan 9 Ramadhan, Karena ini adalah 10 hari pertama bulan Ramadhan atau disebut juga bulan Rahmat hal ini diabadikan dalam Pembukaan UUD 1945 dalam kalimat “Atas berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa...”

Oleh karena itu, harus kita ketahui Indonesia kita merdeka dengan penuh kerberkahan dan negara palestina yang terjajah oleh zionis Israel sampai hari ini adalah negara Islam pertama yang mengakui kemerdekan Indonesia dan ikut memberikan bantuan di awal kemerdekaan.
Sejak 1945 itu sudah 66 tahun lamanya negara ini merdeka dari penjajahan secara kasat mata dan jika kita bandingkan dengan negara amerika yang telah merdeka 235 tahun lamanya. Kurang lebih kemerdekaan Indonesia baru hanya ¼ dari kemerdekaan Amerika yang hari ini menjadi negara adikuasa dengan dolarnya yang menguasai perdagangan internasional sebagai transaksi.

Amerika sempat menjadi pusat peradaban dunia, jika boleh dikatakan seperti itu. Perkembangan dan penemuan-penemuan tidak sedikit yang telah ditemukan di amerika hampir di semua aspek industri dan saat itu Amerika benar-benar sangat maju. Kalau kita perhatikan sejarah dari Amerika, ternyata Amerika adalah tempat orang-orang yang terbuang yang berharap ada kehidupan yang lebih baik disana bahkan hampir semua suku bangsa ada disana, tapi inilah yang mungkin menjadi kelebihannya sehingga Albert Enstein menjadi salah satu ikon dari ilmuan ternama yang berasal dari Yahudi Jerman berkembang pesat ketika di Amerika.

Bapak Anies Baswedan, PhD pernah berkata permasalahan bangsa kita ini yang paling mendasar adalah pada pendidikan, penjajahan yang dilakukan Belanda tidak kurang dari 3,5 abad lamanya tidak memberikan kesempatan kepada penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan lebih baik. Oleh karena itu, untuk mewujudkan Indonesia yang unggul maka permasalahan mendasar adalah pada pendidikannya bukan pada sistem pendidikannya tapi tentang potensi-potensi untuk mengeyam pendidikan setinggi mungkin untuk seluruh anak-anak Indonesia dari kota Megapolitan sampai Desa dengan keterbatasan akses menuju pendidikan berkualitas sampai negara Amerika dan Eropa untuk belajar.

Indonesia yang unggul tidak lepas dari Ilmuwan-ilmuwan terbaik dari putera-puteri terbaik dari bangsa ini. Untuk mewujudkan Indonesia unggul itu sangatlah harus didorong untuk mengalokasikan anggaran riset dan penelitian paling tidak 10% dari APBN, memompa semangat Perguruan-perguruan Tinggi terbaik di tanah air untuk melakukan penemuan-penemuan dan memudahkan proses hak patennya.
Indonesia yang unggulpun tidak lepas dari Ekonominya, hari ini Ekonomi Neolib menemui kehancurannya dan Amerikapun menjadi contoh dari kehancuran sistem ekonomi tersebut. Seharusnya pulalah tidak ada harapan untuk sistem ekonomi seperti ini di tanah air kita. Ekonomi Syariah dan Ekonomi Nusantara menjadi perpaduan sistem yang sedang berkembang saat ini dan terbukti mampu menaikkan GDP negara kita sedikit demi sedikit.

Namun, dari itu semua yang paling penting dan mendasar untuk mewujudkan Indonesia unggul adalah kesadaran para pemuda untuk mulai “Think Big, Do Now, Do Small” -Gita Wirjawan- (Kepala Badan Kordinasi Penanaman Modal Indonesia) Hal inilah yang harus mulai disosialisasikan kepada seluruh pemuda Indonesia, mengajak mereka untuk menjadi inspirasi dan berani berbuat untuk bangsa ini mulai dari sekarang, mulai dari hal-hal yang paling kecil. Saya berkeyakinan untuk menjadikan Indonesia unggul, seluruh pemuda bangsa ini yang berada di kampus-kampus terbaik harus disatukan untuk membahas masa depan Indonesia, hal-hal yang bisa dilakukan meski kecil tapi berdampak besar walau bukan hari ini dampaknya akan terlihat.

Di bulan Ramadhan yang berada di bulan Agustus ini adalah saat yang paling tepat untuk memulai memikirkan dan bertindak untuk negeri kita tercinta untuk mewujudkan Indonesia yang besar dan cita-cita besarnya adalah “Indonesian Will be Next Center Of Civilization Of The World “. Semoga...

*Sebuah tulisan tentang pemikiran Bagaimana mewujudkan Indonesia Unggul dalam mengikuti seleksi Local Representative Forum For Indonesia tahun 2011* (Walau Hanya sampai tahap Final saja)

Rabu, Juli 27, 2011

Refleksi Perjalanan Tarbiyah I (Komitmen Dakwah)

Sabtu & ahad pekan yang lalu, aku memenuhi undangan “Gathering Alumni ROHIS SMA”. Silaturahim menjadi niat awal menghadiri acara ini yang dilaksanakan di puncak persis di bawah Masjid Ta’awun, Bogor. Kami menginap di sebuah vila kenalan salah satu alumni akhwat dengan kurang lebih 25 orang yang hadir disana.

Bahagia betul rasanya bertemu dengan mereka, kerena memang sudah lama aku tidak datang ke sekolah walau hanya sekedar menyapa pengurus ROHIS saat ini. Sabtu malam saat itu terjadi musyawarah yang sangat penting membahas “Dakwah Sekolah” lebih tepatnya mungkin “Peran Alumni untuk Dakwah Sekolah”.

Sejenak aku kembali ke masa itu saat-saat Murabbiku di SMA dulu mengajarkan kami tentang ISLAM ini. Tentang peran pemuda dalam dien ini. Panah-panah dengan tulisan arabnya masih melekat di ingatanku yang selalu ku salin dalam sebuah file book besar berwarna biru dan ku tempel di sampul file tersebut dengan gambar tentara bertuliskan “Hidup Mulia atau Mati Syahid”. Persahabatan dengan grupku dulu di SMA dulu masih tetap terjalin dengan kuat paling tidak kami telpon-telponan bahkan kami punya acara rutinan setahun sekali untuk bersilaturahim dan salah satu sahabatku ini pun telah menikah dan dikaruniai seorang mujahid yang tampan seperti ayahnya.

Pagi itu, orang yang kami hormati dan yang paling cinta dengan Dakwah Sekolah ini memimpin syura yang menghasilkan sebuah revolusi besar di kepengurusan alumni ROHIS SMA kami. Beliau mengungkapkan fakta nyata dari ketua alumni ROHIS SMA kami yang merupakan kakak kelas. Beliau bilang saat itu, “Ane tahu betul bagaimana fulan ini, bagaimana komitmen dakwahnya!!! Awalnya dia sudah bekerja di luar kota dengan gaji yang lumayan tapi karena pekerjaannya itu dia susah menghadiri HALAQAH pekanannya dan sulit menunaikan amanah dakwahnya fulan ini memutuskan untuk resign dari pekerjaanya dan sekarang sedang merintis bisnisnya”

Aku tertunduk malu disana. Ya Rabb, begitu mulianya kakak kelasku ini, begitu cintanya dia dengan dakwah ini. Lalu bagaimana denganku ??? Sejauh mana komitmen dakwahku paling tidak komitmen untuk menghadiri HALAQAH ???

Sebuah pesanpun menjadi merfleksi perjalanan Tarbiyahku ini... Ust. Rahmat Abdullah pernah berkata “Jika dakwah antum tidak ada tantangan sama sekali, maka pertanyakan lagi dakwah antum ?”

Semoga kesibukan dunia tidak menjadikan alasan kita untuk menghadiri panggilan dakwah ini terlebih HALAQAH pekanan.. kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun. –Refleksi Perjalanan Tarbiyah-
*Ku tulis diiringi dengan nasyid Izzatul Islam-Rabitah*

Kamis, Juli 07, 2011

Lulus, Karir dan Kuliah “Sudahkah direncanakan dengan baik ?”

Akhir-akhir ini saya terus merenungi tentang Lulus, Karir dan Kuliah. Setiap kali berdiskusi dengan beberapa teman di kampus yang sudah sama-sama menjadi alumni dan juga calon alumni, sering kali dalam diskusi itu yang menjadi beberapa pertanyaan saya : setelah lulus mau kemana ? “kerja atau kuliah lagi” (ada yang menjawab dengan tegas bahkan tidak jelas), kalau yang menjawab kerja-setelah beberapa tahun ketemu lagi. Pertanyaan saya berikutnya bagaimana berkarir disana? Mau berapa lama disana? Kenapa sih kerja disana dan berbagai pertanyaan yang beruntun.

Ketika bertemu dengan yang akan melanjutkan kembali... Hai, mau lanjut kemana? Ambil jurusan apa? Mau sambil kerja atau gimana? Berapa lama target lulusnya? Setelah lulus mau kerja di bidang apa? Industri apa? Nanti mau lanjut S2 lagi?

Beberapa orang yang saya temui dengan dua tujuan tersebut terlalu sedikit yang memberi jawaban yang membanggakan dan bikin iri, sisanya membuat saya geleng-geleng kepala berpikir bagaimana 5th, 10th dari sekarang saat bertemu kembali. Sudah menjadi apa kita? Seorang Executive Mudakah di perusahaan Multinasional, BUMN, atau Eselon di kalangan pemerintah ?

Sejak melanjutkan kuliah S1 Manajemen ini banyak teman-teman yang bertanya; kenapa ngelanjutinnya sekarang? Kok ambil jurusan itu? “Dengan senyum lebar saya bilang ke mereka Semua Ini Telah Saya Rencanakan”. Semua rencana inipun telah saya buat sejak saya mulai lulus kuliah D3 dan sejak tingkat I di D3.

Beberapa minggu kemarin pun saya sempat mengikuti beberapa forum yang luar biasa semakin memotivasi saya untuk mengejar cita-cita saya mati-matian. Forum-forum itu “StudentsxCEOs Summit 2011 di ITB Bandung, Indonesia Tanpa Kemiskinan di FE UI Depok dan Indonesian Young Leaders Forum 2011 di Ritz Carlton Hotel Pasific Place Jakarta” Salah satu hikmah yang saya dapatkan dari Forum-forum yang saya hadiri secara “gratis” ini banyak sekali orang-orang atau lebih tepatnya pemuda-pemuda yang sukses di usianya adalah pemuda-pemuda yang merencanakan hidupnya, meraih karirnya, dan juga merencanakan kuliahnya.

Dalam beberapa kesempatan sayapun membocorkan rencana saya ke depan kepada beberapa teman, saya bilang ke mereka dan saya akan bilang ke kalian bahwa saya akan memasuki “Industri Keuangan”, Saya akan mengambil “Sertifikasi Profesional bidang Keuangan”, Saya akan melanjutkan “S2 ke Eropa” dengan Beasiswa tentunya, Saya akan menikah dengan “Bidadari” yang mempunyai tujuan hidup dan cita-cita besar. Saya sih berharap bertemu dengan bidadari saya saat sedang melanjutkan S2 di Eropa, mungkin akan jadi hal yang indah menikah dengan bidadari yang sama-sama sedang melanjutkan S2 di Eropa (Hopefully). Kalau ke Eropa tembus, saya akan berkarir di eropa 5th atau 10th setelah itu saya akan kembali ke Indonesia dan membangun perusahaan.

Saya gak peduli orang-orang di sekitar akan bilang “mimpiloe”, “gak mungkin” dan kalimat-kalimat lain dari orang-orang yang tidak mempunyai mimpi dan tujuan hidup, karena biasanya orang seperti ini yang mulutnya gatal menghujat.

Yang jelas yang harus saya yakini adalah seperti kata-katanya Donny Dirgantoro dalam bukunya 5cm “Dan kamu akan selalu dikenang sebagai seorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan Cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja, bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus kalah oleh keadaan. Tapi seorang yang selalu percaya akan kejaiban mimpi, keajaiban cita-cita dan keajaiban keyakinan manusia yang tak terkakulasikan dengan angka berapa pun...Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya.”

Dan juga seperti kata-katanya Bang Fuadi dalam buku “Ranah 3 Warna” “Jarak antara sungguh-sungguh dan sukses hanya bisa diisi sabar. Sabar yang aktif, sabar yang gigih, sabar yang tidak menyerah, sabar yang penuh dari pangkal sampai ujung yang paling ujung. Sabar yang bisa membuat sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, bahkan seakan-akan itu sebuah keajaiban dan keberuntungan. Padahal keberuntungan adalah hasil kerja keras, doa. Dan sabar yang berlebih-lebih.” {Ahmad Fuadi, Ranah 3 Warna}

Oleh karena itu, sekali lagi saya ingin tanyakan kepada kita
Lulus, Karir dan Kuliah
“Sudahkah direncanakan dengan baik ?”

” Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain ” (HR. Bukhari). Sudahkah kamu menjadi orang yang paling banyak manfaatnya hari ini ???

Rabu, Juli 06, 2011

Melangkah Ke Kampus Ganesha....

Jalan-jalan ke kampus ITB tak pernah saya bayangkan terlebih jalan-jalan ke sana bukanlah “Jalan-Jalan Biasa”. Jauh-jauh pula dari Bogor menuju Bandung, 3 jam lama perjalanan sampai ke terminal leuwi Panjang belum lagi berganti kendaraan yang dinamakan Bus Damri menuju kampus ITB tepatnya dipemberhentian jalan Ganesha.
Saya juga melakukan napak tilas perjalanan “Sekolahnya” salah satu idola saya Pak Habibie. Sebenarnya di salah satu acara di Tvone “Nostalgia”. Ketika itu ditayangkan napak tilasnya Pak Habibie dimulai dari SMAnya di Dago, memasuki gerbang kuliah di kampu ITB kemudian menuju Jerman.
Dari bis Damri tersebut, saya melewati SMAnya Pak Habibie dulu di Dago tak jauh dari sana tibalah saya di kampus ITB. Sekelebat perjalanan Pak Habibie di acara tersebut memasuki ingatan saya kembali. Alhamdulillah saya bisa melihat lebih dekat perjalanan idola saya.
Kesempatan itu datang melalui teman saya lewat Facebook, beliau bilang ada acara “StudentsxCEOs Summit 2011” kemudian saya browsing. Setelah melihat CEO-CEO yang akan hadir yang juga saya kagumi “Sandiago Uno” dan “Hasnul Suhaimi”. Sayapun terpikat untuk ikut acara ini. Sampailah saya pada salah satu cara untuk ikut acara ini, yaitu dengan mengirim ide bisnis atau ide sosial.
Harga tiket resmi untuk ikut acara tersebut Rp 200.000, cukup mahal memang tapi kalau teman-teman ITB yang buat acaranya saya yakin cukup sebanding dengan kualitas acaranya. Finally, saya bilang sama teman saya yang memberi info itu bahwa saya akan ikut lomba ide bisnisnya. Bodo amat mau menang atau kalah pikir saya. Bukankah keberuntungan itu karena ada kesempatan dan usaha. Kesempatan di depan mata, saya cuma harus berusaha toh...!!!
Akhirnya sehari penuh sebelum mengirimkan ide tersebut, saya melakukan riset melalui Prof. Google. Setelah diskusi cukup lama dengan Prof. Google dan bertanya pada beberapa kakak kelas akhirnya saya putuskan untuk mengirmkan ide bisnis dengan judul “Biofuel dari Minyak Jelantah”, dasar yang saya ambil adalah Go Green Business dan Ide bisnis pun terkirim melalui email di detik-detik terakhir menjelang penutupan pengiriman ke panitia.
Menunggu dan terus memantau... Akhirnya, saat sedang iseng browsing di rumah ketika minggu sore itu. Tertetalah nama saya “47. Arys Agusman-Bioeful dari Minyak Jelantah” dan saya masuk “Top 50 Submission Ideas” padahal sebelumnya di wall yang dibuat panitia saya bilang “Hopefully, I am one of them” dan alhamdulillah saya memang salah satu dari mereka, 50 besar itu.
Menutup tulisan ini... Sebenarnya banyak hal yang saya pelajari dan setelah saya renungkan summit di ITB ada kaitannya dengan seminar di UI oleh Prof. Subroto, Prof. Emil Salim dan lainnya yaitu mengentaskan kemiskinan di Indonesia melalui lembaga keuangan mikro. Ah, jadi terpikir oleh saya next step nanti saya akan buat perusahaan keuangan berbasis pemberdayaan masyrakat miskin agar Indonesia Tanpa Kemiskinan. Tapi satu hal yang juga membuat saya senang saya bisa berkenalan dengan banyak orang disana, para pemuda, mahasiswa yang mempunyai impian-impian besar, ide-ide hebat juga kreatif.

Selasa, Mei 17, 2011

Orang-orang Salih itu... Allah selalu bersama mereka....

Saya teringat sebuah hadits dari kitab Riyadus Shalihin yang biasa dibacakan ba’da subuh di Asrama dulu. Sebuah kisah dari Abu Bakar As Shiddiq yang begitu salih selalu ingin terdepan dalam setiap amalan yang ditawarkan oleh Rasulullah SAW sampai-sampai Umar Al Faruq pun tertegun dan begitu hormat ke pada beliau.

Sesungguhnya menjenguk orang sakit adalah salah satu dari jalan surga. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, RasulullahShallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Siapa di antara kalian yang berpuasa di pagi ini?"

Abu Bakar menjawab, "Saya."
Beliau bertanya, "Siapa di antara kalian yang sudah menjenguk orang sakit hari ini?"
Abu Bakar menjawab, "Saya."
Beliau bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang telah menghadiri jenazah di pagi ini?"
Abu Bakar menjawab, "Saya."
Beliau bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang telah memberi makan orang miskin di pagi ini?
Abu Bakar menjawab, "Saya".
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tidaklah semua ini terkumpul dalam diri seseorang ekcuali pasti ia masuk surga." (Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 88) .

Subhanallah... Abu Bakar begitu mulia sampai-sampai pernah dulu saking begitu ingin mengikuti perbuatan beliau, tapi ternyata agak sulit juga ternyata.

Kemudian saya pun mendapatkan hadits yang lain yang saya simpulkan bahwa setiap muslim harus memiliki amalan terbaiknya dan surga pun akan dimasuki dari amalan terbaiknya itu, ada yang memasuki surga dari pintu amalan shalat (berusaha menjaga shalat berjamaah dan tepat waktu), pintu amalan puasa (menjaga puasa baik itu sunnah dan wajib), pintu amalan dzikir daln lainnya.
Suat saat saya pun bertanya kepada diri saya “Ya, Merenung”, sebuah pertanyaan pun muncul “Apa Amalan terbaik saya yang bisa buat Allah selalu mengabulkan do’a saya, menginzinkan saya masuk surganya bahkan menghapuskan dosa-dosa saya...???”.

Kawan hari selasa kemarin, rasanya saya tertunduk malu kepada seorang teman yang kalian kenal yang selalu mengingatkan kita untuk berpuasa sunnah Ayyamul Bidh. Subhanallah... Puasa Sunnah Ayyamul Bidh mungkin adalah amalan terbaiknya. Ibu beliau pun berkata kepada saya bahwa beliau selalu menjaga puasa sunnahnya bersama adiknya.

Menurut keterangan dari pihak rumah sakit perkembangan pemulihan beliau sangat cepat bahkan jarang sekali kejadian perkembangan yang seperti ini. Mungkin karena malan salihnya itu yang dia jaga dengan baik, Allah selalu bersamnya.

Tahukah kalian, ibunya pun bercerita bahwa suatu hari dia ingin sekali menggunakan Handphonenya dan ternyata dia mengirimkan sms kepada kita yang memang sering beliau sms. Isi smsnya setengah betul tulisannya dan setengah lagi error. Subhanallah saya tertegun kembali, meski ingatannya hilang sebagian tapi Allah menjaga memori amalannya mungkin.

“Hanya sekedar mengambil hikmah dari perenungan saya dari menjenguk seorang kawan”...
“Begitulah seorang Pengembara Masa, mencoba mengambil hikmah dari setiap kejadian” -Bogor, 18 Mei 2011- Hari kedua Ayyamul Bidh bagi yang berpuasa.

Pengembara Masa
arys.agusman@yahoo.co.id