"Insya Allah kita semua penghuni surga ya Pak ?", ujar seorang lelaki tua diseberang antrian berwudhu untuk menunaikan shalat maghrib di Mesjid Stasiun Bekasi kepada lelaki di depannya yang sebaya dengannya. "Insya Allah, imbuh lelaki temannya itu".
Sejenak setelah KRL EKSPRESS JAKARTA-BEKASI berhenti di stasiun terakhir, stasiun Bekasi. Bergegas akupun mencari tempat duduk sejenak untuk membatalkan shaumku dengan hidangan teh kotak dan sebuah donat yang kubawa dari kantor petang itu sebelum pulang. Perlahan donat dan teh kotak membasahi tenggorokan juga lidah serta mengisi perutku, memberi rasa manis di lidah. Glukosa yang dihasilkan menjadi karbohidrat sebagai energi yang dibutuhkan sesaat agar punggung mampu tegak berdiri dan lidah tak lunglai saat menyebut asmanya..
Sesaat setelah berbuka, akupun ikut mengantri dalam barisan untuk berwudhu, satu demi satu secara rapih bergantian mengambil air wudhu dengan sabarnya. Sedikit demi sedikit antrian mulai maju semakin mendekati keran air dan tiba-tiba seorang lelaki paruh baya yang tak jauh dariku berucap pada temannya yang tepat didepannya.."Calon penghuni surga semua ya, Pak ?".
Sesaat akupun merenung tentang kisah sahabat nabi yang bersedih saat tahu namanya bukanlah termasuk dari daftar yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah Sallahu'alayhiwassalam dan akupun ikut teringan pada kisah sahabat yang tak disangka-sangka oleh sahabat lainnya adalah orang yang dijamin masuk surga sampai membuat penasaran sahabat lain untuk tahu keutamaan amalannya..
Pertanyaan pun muncul apakah begitu mudahnya masuk surga ?
(Saat Maghrib di Stasiun Bekasi*29.03.10*)
1 komentar:
Apapun bentuk amalan itu...
kadang jawabannya hanya : IKHLAS,
WALLAHU'ALAM.
Posting Komentar