Sabtu & ahad pekan yang lalu, aku memenuhi undangan “Gathering Alumni ROHIS SMA”. Silaturahim menjadi niat awal menghadiri acara ini yang dilaksanakan di puncak persis di bawah Masjid Ta’awun, Bogor. Kami menginap di sebuah vila kenalan salah satu alumni akhwat dengan kurang lebih 25 orang yang hadir disana.
Bahagia betul rasanya bertemu dengan mereka, kerena memang sudah lama aku tidak datang ke sekolah walau hanya sekedar menyapa pengurus ROHIS saat ini. Sabtu malam saat itu terjadi musyawarah yang sangat penting membahas “Dakwah Sekolah” lebih tepatnya mungkin “Peran Alumni untuk Dakwah Sekolah”.
Sejenak aku kembali ke masa itu saat-saat Murabbiku di SMA dulu mengajarkan kami tentang ISLAM ini. Tentang peran pemuda dalam dien ini. Panah-panah dengan tulisan arabnya masih melekat di ingatanku yang selalu ku salin dalam sebuah file book besar berwarna biru dan ku tempel di sampul file tersebut dengan gambar tentara bertuliskan “Hidup Mulia atau Mati Syahid”. Persahabatan dengan grupku dulu di SMA dulu masih tetap terjalin dengan kuat paling tidak kami telpon-telponan bahkan kami punya acara rutinan setahun sekali untuk bersilaturahim dan salah satu sahabatku ini pun telah menikah dan dikaruniai seorang mujahid yang tampan seperti ayahnya.
Pagi itu, orang yang kami hormati dan yang paling cinta dengan Dakwah Sekolah ini memimpin syura yang menghasilkan sebuah revolusi besar di kepengurusan alumni ROHIS SMA kami. Beliau mengungkapkan fakta nyata dari ketua alumni ROHIS SMA kami yang merupakan kakak kelas. Beliau bilang saat itu, “Ane tahu betul bagaimana fulan ini, bagaimana komitmen dakwahnya!!! Awalnya dia sudah bekerja di luar kota dengan gaji yang lumayan tapi karena pekerjaannya itu dia susah menghadiri HALAQAH pekanannya dan sulit menunaikan amanah dakwahnya fulan ini memutuskan untuk resign dari pekerjaanya dan sekarang sedang merintis bisnisnya”
Aku tertunduk malu disana. Ya Rabb, begitu mulianya kakak kelasku ini, begitu cintanya dia dengan dakwah ini. Lalu bagaimana denganku ??? Sejauh mana komitmen dakwahku paling tidak komitmen untuk menghadiri HALAQAH ???
Sebuah pesanpun menjadi merfleksi perjalanan Tarbiyahku ini... Ust. Rahmat Abdullah pernah berkata “Jika dakwah antum tidak ada tantangan sama sekali, maka pertanyakan lagi dakwah antum ?”
Semoga kesibukan dunia tidak menjadikan alasan kita untuk menghadiri panggilan dakwah ini terlebih HALAQAH pekanan.. kapanpun, dimanapun dan bagaimanapun. –Refleksi Perjalanan Tarbiyah-
*Ku tulis diiringi dengan nasyid Izzatul Islam-Rabitah*
Rabu, Juli 27, 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar